Sebetulnya, sebagian orang bukan takut ditinggalkan.
Tapi takut perpisahan.
Betulnya kita tak selalu menjadi yang ditinggalkan.
Bisa jadi yang meninggalkan.
Disitulah perpisahan ditemukan.
Pada akhirnya, puncak perpisahan itu bukan lagi mengakhiri cacian.
Lalu saling bertolak arah di persimpangan.
Hakikinya, puncaknya ialah di mana keduanya pergi perlahan,
dan diam-diam mengikhlaskan.
Kemudian dengan bersahaja.
Semuanya seperti ditutupi awan-awan.
Samar, gelap, namun tidak terlalaikan.
Kedua insan itu lantas menyebutnya sebagai kenangan.
📝 : Angelawidi
29 Oktober 2017