Jumat, 31 Agustus 2018

-

Sedalam apapun kamu menangis.
Ia tidak akan pernah peduli.

Hari ini

Hari ini.
Ada yang dengan kasar menepis.
Meninggalkan perempuannya yang menangis.

Ada pun puan yang sesenggukan.
Menahan kepergian sang tuan.

Ada juga yang susah-susah mengubur rasa.
Lalu memutuskan pergi mengembara.

Ada yang berusaha mencoba.
Untuk tetap menutupi luka-luka.

Tapi apa daya,
Hatinya telah melebur hancur tanpa rupa.

Lalu puannya bertanya.

"Nanti kau belikan aku hati baru di toko seberang ya? "

Tuan pun menjawab.

"Apakah ada hati baru untukmu dijual di toko?"

Puan hanya tersenyum lalu berkata.

"Setidaknya dengan begitu kau bertanggung jawab mencarikan aku hati yang baru, walau sebenarnya ia tidak akan pernah kembali utuh."

Karena tidak masuk akal. Sang tuan pun berujar.

"Bodoh."

Setelahnya sang perempuan menangis. Sambil menjawab.

"Pergi saja carikan aku hati yang baru. Bagaimanapun caranya kau harus dapat."

Sang tuan pun naik pitam. Wajahnya memerah begitu juga rahangnya mengeras.

"Kau bodoh. Mana mungkin aku dapat hatimu yang baru. Jangan memaksaku seperti itu!"

Perempuan tetap meninggikan nada bicaranya.
"Carikan saja aku hati yang baru, aku tidak peduli apapun yang penting turuti saja mauku. "

Tuan tidak habis fikir. Mengapa wanitanya egois sekali. Mendadak memaksa ia pergi ke toko untuk sesuatu yang abstrak.

Sang perempuan tetap memaksa meski di luar hujan deras.

"Cepat pergi carikan aku hati yang baru! "

Bentaknya.

Sang tuan membalas.

"Hei kau tak punya otak? Tak punya hati? Menyuruhku pergi saat hujan deras begini?! "

Sang perempuan tersenyum sederhana.

"Bukannya hatiku sudah kau hancurkan kemarin? "

11:14 pm.

Minggu, 26 Agustus 2018

Bagaimana?

Sebenarnya, aku ini harus bagaimana?
Mengapa rasanya seakan aku sedang mengemis ketika mengharapkanmu?
Mengapa rasanya seakan aku mengganggu ketika aku menunggumu?
Mengapa rasanya seakan aku tak sepantasnya berjuang untukmu?

Sebenarnya aku berhak tidak atas waktu-waktumu?
Sebenarnya aku boleh tidak untuk memperjuangkanmu?
Andaikata kau terganggu atas segala perjuanganku.
Katakan saja bahwa aku harus melepasmu.
Andaikata kau memang ingin diperjuangkan.
Maka jangan pula seenakmu.

Kita ini dua insan yang terikat dalam kesalingan.
Tidak seharusnya berjuang sepihak.
Tidak sepantasnya berharap sepihak.
Tidak sewajarnya menunggu sepihak.

Jikalau benar kau tidak lagi menaruh rasamu.
Setidaknya jangan buat aku tersiksa dan menderita dalam belenggu.
Apalagi ketidakjelasanmu bak menusuk rohku.
Ditambah kau seperti ogah-ogahan terhadapku.

Jikalau benar kau tidak lagi menyukai kehadiranku,
Jangan serta-merta mengusirku ketika baru saja aku tiba.
Jangan dengan mudahnya kamu pergi setelah membuat ku menunggu lama.
Setidaknya beri aku waktu untuk merasakan leganya sebuah penantian.

Walau sendiri.
Meskipun sendiri.

Need To Remember

 Ini aku, pribadi yang bahagia di tahun dua ribu dua puluh satu. Aku belajar memaafkan dan berdamai pada diri sendiri yang melakukan banyak ...