Senin, 18 Oktober 2021

Need To Remember

 Ini aku, pribadi yang bahagia di tahun dua ribu dua puluh satu.


Aku belajar memaafkan dan berdamai pada diri sendiri yang melakukan banyak kesalahan dengan sangat baik. Penghujungnya aku menemui diri sendiri yang damai dan dapat dicintai lagi. Merasa seperti lahir kembali dan ---


Aku merasa bebas.


Dua ribu dua puluh satu, aku berdamai dengan segala bagian kehidupanku yang pernah memburuk. Rasanya lega. Setidaknya ada satu nama yang mana, selalu mampu membuat mataku setidaknya tidak basah.

Seorang yang baik dan tulus. Setidaknya ia orang terbaik yang pernah aku kenal.


Dua ribu dua puluh satu. Akhirnya aku bertemu seorang baru, yang mana aku dapat melihat masa depan dengannya. Dia sempurna, di mataku. Yang membuat aku merasa yakin, dan berani melangkah ke depan. Bukannya tidak mandiri, namun aku merasa utuh. 

I dedicated this word to u.

Terimakasih untuk pembukaan obrolan singkat yang baik meskipun tidak banyak pada bulan kelahiranku, hari-hari awal aku menjajaki usia 20 tahun.

Pada malam 10 April 2021, pukul 20.02

Aku menyapanya dengan sopan, butuh waktu 16 menit untuk dia membalas pesanku. Aku tidak serta merta kosong tangan saat mendatangi, aku membawa sebuah "permintaan tolong" untuk sesuatu.

Beruntungnya, lelaki ini orang baik. Dia sabar dengan tangan terbuka menuruti apa yang aku butuhkan. Obrolan kami mulai mengalir dari sana, perlahan dan berlanjut di hari-hari berikutnya. 

Obrolan kami yang cenderung terjadi pada dini hari -waktu paling jujur untuk berbicara- , membawa kami pada kehangatan-kehangatan yang menjadikan kami candu kemudian.

Meminta tolong untuk dibangunkan dan saling lempar semangat satu sama lain setiap harinya. Di situ kami mulai merasa, kolaborasi ini sungguh baik.

Tidak butuh waktu lama, meski sedikit keraguan tepat atau tidaknya waktu itu datang, aku menghargai keberanianmu untuk memintaku bekerja sama denganmu melalui kehidupan ini. Malam yang aku yakin kamupun tidak akan pernah melupakan perasaan berdebar itu, akhirnya kita membuat kesepakatan sesederhana "ayo jalani bersamaku".

Malam itu gelap, juga mendung dan basah karena sore sempat diguyur hujan, tapi duniaku dan kamu saat itu melebur dan mulai menorehkan warna-warna.



Kamis, 06 Agustus 2020

Banda Neira

Malam ini tadi, aku kesulitan untuk tidur seperti biasanya. Beruntung ponselku sedang sunyi. Aku memutuskan untuk membaca sebuah buku romansa cinta. Setengah jam berlalu, kemudian pada satu narasinya mengingatkanku pada sebuah band kesukaanku beberapa tahun lalu.


Banda Neira.


Aku menyukai setiap lagunya ketika aku masih SMA, dan sekarang aku kuliah menginjak semester 3.

Mengingat itu aku langsung terdiam, entahlah rasa itu hadir lagi. Dan mataku jelas berkaca-kaca.

Bukannya aku melanjutkan membaca buku novelku, aku malah memasang headset di kedua telingaku lalu aku mendengarkan satu lagu. Yang aku percaya dapat membacaku ke maqa lalu.

Rasanya, damai. Mengingat masa yang indah. Memori itu terus berputar. Lagi, dan lagi.

Hujan yang aku lewati, karena terburu waktu.

Senja yang mampu membuatku berhenti, untuk mengabadikannya. 

Biar aku bagi, setidaknya kita adalah dua insan yang selalu mudah untuk sekedar bertemu. Sedekat itu, dan aku tidak pernah merasa kesulitan untuk ingin berjumpa, bermain, bercerita, dan bersama. Tahun terakhir, kita berjuang bersama, ada mimpi yang perlu dikejar.

Kita berjuang bersama. Dan pada akhirnya, kita berhasil.

Hari terakhir kita baik-baik saja adalah ketika hari terakhir aku berada di kotaku, sebelum aku merantau. Ku kira ia akan menyusulku, tapi pada tanggal 31 Juli 2019, menjadi hari di mana aku menyadari bahwa, dia akan pergi jauh dariku.

Saat itu ego menguasaiku, ada hal yang tidak bisa kujelaskan di sini. Aku membencinya, dan aku terluka untuk melihatnya. Sejak itu, kita tidak baik-baik saja. Begitu memori berputar menampilkannya di hadapan mataku berwujud khayalan.

Kemudian aku beranjak dari ranjangku, duduk di kursi belajarku. Membuka semua kenangan itu, buku-buku kecilku. Dan aku membaca apa yang pernah aku tulis di dalamnya. Sebagian besar ungkapan terimakasih dan maaf. 

Terimakasih dan maaf.

Memang hanya itu, terimakasih atas rasa bahagia, dan maaf atas rasa luka. 

Tidak terasa ya, hampir satu tahun kita menjadi asing. Ini salahku dan aku ingin minta maaf lewat tulisan ini. Agar setidaknya tidak membebaniku lagi. Maaf atas sikapku yang waktu lalu, sungguh mengecewakan. Harusnya aku tidak begitu, dan aku menyesali itu.

Bersama dengan ini, aku sembari membaca sebuah tulisan yang mungkin sudah 3 tahun usianya. 

"Sebaik-baiknya aku, lebih baik kamu yang telah menjadikanku baik."

Ya, dia baik. Dia tulus. Dan aku hampir selalu bisa memaafkan hal kecil kesalahannya.

Dia baik karena dia, selalu berusaha untukku. Dan dia sempat menjadi dunia kecilku.


Dunia kecil yang hilang.

Sabtu, 04 Juli 2020

Orang bilang, setidaknya kita punya rumah masing-masing.
Rumah untuk bersandar, berkeluh-kesah, kemudian bersedih.
Tapi bagi sebagian orang, sebaik-baiknya rumah,
ialah diri sendiri.

Sudah itu saja.

Kamis, 11 Juni 2020

Aku,
Kini benar-benar kehilangannya.

Dia bukan dia
Setahun kemarin.

Dan dia bukan dia,
Yang tertawa dengan aku,
Kemarin.

Aku kehilangan dia.
Untuk kesekian kalinya.

Aku masih melihatnya,
Raganya masih ada.
Tapi dia bukan lagi dia
Yang membuat aku jatuh cinta.

Kemarin.

Semua terjadi begitu cepat,
Hanya tawa saja yang aku ingat.
Bukannya bahagia,
Kenangan itu malah membuat aku tersiksa.

Hanya ada yang indah-indah.

Lalu aku kebingungan,
Mengapa hilang?

Ya, sudah seharusnya.

Kita,
Gagal.

Dan aku bodoh,
Sadar bahwa,
Kita sudah saling
Pergi.

Bukan dari luar
Tapi dari dalam
Ego kita terlalu besar
Untuk saling menahan

Minggu, 06 Oktober 2019

AGUSTUS

Barangkali kamu bersedia ku panggil pengecut
Karena aku barangkali memang sesudi itu
Sebab senja selalu mengadu padaku
Tentang kau yang diam-diam mengirim doa dalam bisu

Yang pada akhirnya, kamu sudahi di penghujung malam
Lalu kamu simpan rapi pada buku usang
Menanti kala senja datang,
Saatnya kau rapalkan segala pintamu tadi malam

Pada embun yang cemburu sebab terganti
Ia berkali-kali meneriakimu si tak tahu diri
Tetesan embun pagi menjadi susah terdefinisi,
Ini tetesan air matamu, atau embun pagi?

Air matamu masih saja basah
Walaupun malam suram telah beranjak
Dambamu yang tak kunjung datang
Coba cari arti dari terkabulkan.

Sebentar lagi kamu tak percaya Tuhan
Di mana ia saat kau meminta dengan nafas tertahan
Dengan berlutut seorang diri di hutan
Pada purnama, yang menyaksikanmu tersedan

Genggamanmu pada dada sebelah kanan
Ada yang berdegup kencang
Itu dia,
Cintamu masih menjalar

Minggu, 29 September 2019

JULI

"Rei, aku rindu."

"Iya, esok kita bertemu?"

"Saat ini. Saat ini kita bertemu."

"Esok lagi?"

"..."

"Berpura-puralah ya Nan,?"

"Hah?"

"Iya, pura-pura bahwa esok akan baik-baik saja."

"Bagaimana?"

"Nanti, kabari aku sudah di stasiun. Kabari aku ketika sudah tiba. Kabari aku seperti biasa."

"Lalu?"

"Jangan kabari aku bahwa itu kali terakhir."

"Iya, untuk apa?"

"Biar aku, tetap tenang selama melepas."

"Iya,"

"Yakin Nan?"

"Yakin."

"Harus?"

"Harus."

"...."

"Hallo. Aku sudah di stasiun. Baik-baik ya di sini, nanti aku kembali."

"Benar Nan?"

"Hm?"

"Oke aku tunggu kembali ya..."

"..."

"Nan? Sudah sampai?"

"Udah ya Rei?"

"Iyaa?"

"Udah. Kamu bisa."

"Iya aku bisa."

"Baik-baik Rei."

"Iya Keenan."

Sesederhana itu sandiwaranya.

Need To Remember

 Ini aku, pribadi yang bahagia di tahun dua ribu dua puluh satu. Aku belajar memaafkan dan berdamai pada diri sendiri yang melakukan banyak ...