Bahkan kala senja menyapa aku pun tersipu-sipu menundukkan kepala.
Tak punya nyali mengungkapkan bahwasannya aku mengaku salah.
Tak mampu menyapu bekas-bekas luka yang tersisa.
Bahkan aku lebih baik dicaci daripada didiamkan.
Karena bergelut pada hati dapat lebih menyesakkan.
Teruslah kau menatapku walau itu tatapan hina.
Daripada kau palingkan pandanganmu ke sudut yang entah tak terjamah.
Kamu tetap ada saja aku sudah bahagia.
Walau keadaannya tak lagi sama..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar